Oleh: Ustadz Amirul Mukminin
Wa ba'du:
Adab terhadap hewan kurban hendaknya menjadi perhatian kita semua. Terutama saat penyembelihan agar tidak terjadi kezaliman berikut ini:
Pertama: Menjatuhkan hewan kurban dengan metode mengikat berlebihan di kaki dan lainnya kemudian menariknya sehingga jatuh terbanting dan bukan membaringkan secara perlahan dari arah kepala. Hal ini sangat bertentangan dengan perintah Rasulullah ﷺ untuk berbuat baik yang dapat memberikan kesenangan dan ketenangan yang merupakan hak hewan sembelihan. Bukan justru menjadikan mereka stres sehingga mengamuk dan menimbulkan petaka yang bermacam-macam.
Dari Syadad bin Aus رَضِيَ اللهُ عَنْهُ bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ
الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ
وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ
فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ
“Sesungguhnya Allah memerintahkan agar berbuat baik terhadap segala sesuatu. Jika kalian hendak membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian hendak menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan senangkanlah hewan yang akan disembelih.” [HR. Muslim, No.1955]
Sebenarnya setiap hari kita melihat dengan mata kepala sikap zalim terhadap hewan sembelihan. Lihatlah ketika pedagang ayam potong membawa ayam-ayam di atas motornya yang diikat dengan posisi tergantung, kaki di atas dan kepala di bawah berhimpit-himpitan! Ingat! Setiap kezaliman adalah haram dan kegelapan di Hari Kiamat.
Kedua: Membaca doa-doa terlalu panjang dan lama dengan mengharuskan disertakannya "bin" dan "binti" pada tujuh orang nama pekurban sapi dalam posisi hewan kurban terbaring. Hal ini dapat menimbulkan stres pada hewan sembelihan. Padahal boleh dan sah jika disebutkan nama satu orang saja untuk kurban sapi sebagai perwakilan enam orang lainnya.Tersebab syarat halalnya sembelihan adalah membaca basmalah.
Allah تَعَالَى berfirman,
وَلَا تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ
يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ
“Janganlah kalian makan hewan yang tidak disebutkan nama Allah ketika menyembelih. Sesungguhnya itu hewan yang tidak halal.” [QS. Al-An’am(6): 121]
Rasulullah ﷺ ketika menyembelih hanya mengucapkan doa secara umum dan singkat, yakni:
بِسْمِ اللَّهِ، وَاللَّهُ
أَكْبَرُ، هَذَا عَنِّي، وَعَمَّنْ لَمْ يُضَحِّ مِنْ أُمَّتِي
"Bismillah, wallahu akbar, ini kurban dariku dan dari umatku yang tidak berkurban." [HR. Ahmad, No.14837, Abu Daud No.2810, dan dishahihkan Syaikh Al-Albani]
Boleh doa menyembelih dengan bahasa Indonesia setelah basmalah. Contoh doa untuk kurban sapi: “Bismillahi wallahu akbar, ya Allah terimalah dari Abdullah dan enam sahabatnya pada kurban ini.”
Ketiga: Mengasah pisau di hadapan hewan sembelihan dan tidak menyembunyikan pisau dari mata hewan sembelihan. Hal ini adalah kezaliman yang dinilai Rasulullah ﷺ sebagai bentuk kematian berkali-kali yang dirasakan dalam keadaan hewan sembelihan hidup dengan sebab mereka melihat pisau yang sedang diasah dan saat penyembelihan sebelum kematian yang sebenarnya setelah penyembelihan.
Dari Ibnu Abbas ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻬُﻤَﺎ yang berkata, ”Rasulullah ﷺ mengamati seseorang yang meletakkan kakinya di atas pipi (sisi) kambing dalam keadaan ia mengasah pisaunya, sedangkan kambing itu memandang kepadanya. Lantas Nabi ﷺ berkata,
أَتُرِيْدُ أَنْ تَمِيْتَهَا
مَوْتَات هَلاَ حَدَدْتَ شَفْرَتَكَ قَبْلَ أَنْ تَضْجَعَهَا
‘Apakah sebelum ini kamu hendak mematikannya dengan beberapa kali kematian? Hendaklah pisaumu sudah diasah sebelum engkau membaringkannya.’” [HR. Al-Hakim, 4/257; Al-Baihaqi, 9/280. Al-Hakim mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits shahih sesuai syarat Al-Bukhari]
Keempat: Mencampur tempat penampungan hewan kurban dengan tempat penyembelihan, dan tempat menguliti serta mencacah daging kurban. Hal ini adalah kezaliman yang lebih zalim dari poin ketiga di atas. Untuk mencegah hal itu, adakan tiga tempat yang terpisah atau ditabir dengan penyekat: 1) Tempat penampungan hewan kurban. 2) Tempat penyembelihan, dan 3) Tempat menguliti dan mencacah daging kurban.
Ketahuilah! Setiap hewan memiliki bahasa komunikasi diantara mereka yang kita tidak mengetahui ilmunya. Para hewan memiliki kasih sayang diantara mereka dan melindungi sesama mereka dari kebinasaan. Allah تَعَالَى telah menganugerahkan ilmu bahasa hewan kepada Sulaiman عليه السلام yang dapat mendengar seruan seekor semut untuk melindungi sesama mereka dari kebinasaan.
حَتَّىٰٓ إِذَآ أَتَوْا۟ عَلَىٰ
وَادِ ٱلنَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌۭ يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّمْلُ ٱدْخُلُوا۟
مَسَـٰكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَـٰنُ وَجُنُودُهُۥ وَهُمْ لَا
يَشْعُرُونَ
"Ketika mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut, 'Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari'.” [QS. An-Naml(27): 18]
Allah Ta'ala
telah menciptakan kita "fi ahsani taqwim", yakni dalam bentuk yang
sebaik-baiknya. Baik secara fisik dan akal. Ciptaan yang sempurna itu hendaknya
disyukuri dengan berakhlakul karimah dalam segala hal. Termasuk beradab
terhadap hewan secara umum dan hewan sembelihan halal secara khusus. Wa akhirul
kalam,
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ
إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ,
وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ
أَنتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Wallahu a'lam.
Jakarta, Hari
Arafah, 9 Dzulhijjah 1446 H.
Komentar
Posting Komentar