Oleh: Ustadz Abu Sa'id Neno Triyono ath-Thighali
Di antara adab yang sangat dianjurkan dalam membaca Al-Qur'an adalah hendaknya dimulai dengan Ta'awudz. Terkait dengan bacaan Ta'awudz yang mulai di tengah-tengah surat, maka boleh tanpa dibarengi dengan Basmalah. Al-'Allamah Abdul Fattah al-Murshifiy رَحِمَهُ اللهُ dalam kitabnya Hidayah al-Qariy (2/562) mengatakan,
وهذا إذا كان القارئ مبتدئا من
أثناء السورة .... وللقارئ حينئذ التخيير في أن يأتي بالبسملة بعد الاستعاذة أو لا
يأتي بها . والإتيان بها أفضل من عدمه لفضلها والثواب المترتب على الإتيان بها
"Jika pembaca mulai membacanya dari tengah surat.... maka ia punya pilihan untuk membarenginya dengan Basmalah setelah Isti'adzah atau tidak. Kalau membarengkannya maka lebih utama daripada tidak, karena keutamaan dan pahala yang didapatkan dengannya."
Kemudian asy-Syaikh Abdul Fattah رَحِمَهُ اللهُ menjelaskan, jika pembaca Qur'an memilih untuk tidak membarengkannya dengan Basmalah, maka ada 2 Wajh (versi), yaitu :
1. Al-Qath'u, yaitu ia mewaqafkan Isti'adzah, misalnya ia membaca,
أَعُوذُ بِاللَّهِ
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Lalu ia berhenti (waqaf) di kata terakhir "الرَّجِيمِ", lalu baru baca awal ayat yang hendak dibacanya.
2. Al-Washlu, yaitu ia sambung langsung Ta'awudz dengan ayat yang hendak dibacanya.
Namun para ulama Tajwid memberi catatan khusus untuk versi washal ini. Yakni jika ayat yang dibacanya berhubungan dengan nama atau sifat Allah atau dhomir (kata ganti) yang merujuk kepada Allah, maka dilarang untuk dibaca washal, hendaknya untuk dibaca dengan qath'u.
Asy-Syaikh Abdul Fattah رَحِمَهُ اللهُ dalam kitabnya di atas melanjutkan,
ووجه القطع أولى من الوصل خصوصا
إذا كان أول الآية المبتدأ بها اسما من أسماء الله تعالى أو ضميرا يعود إليه
سبحانه
"Versi qath'u lebih utama untuk diterapkan dibanding washal, lebih khusus lagi jika awal ayat yang akan dibaca adalah Nama Allah atau dhamir yang kembali kepadanya."
Misalnya setelah Ta'awudz, kita mulai membaca,
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ
آمَنُوا ...
[QS. Al-Baqarah(2): 257]
atau mulai membaca,
وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ
لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ
[QS. Al-An'am(6): 59]
Maka yang semisal ini tidak boleh kita washal-kan langsung Ta'awudz dengan ayat di atas. Tapi hendaknya kita membacanya dengan qath'u, yaitu membaca Ta'awudz lalu waqaf (berhenti), baru membaca ayat yang semisal di atas. Hal ini karena jika kita baca dengan washal akan melahirkan makna sangat jelek dan tidak pantas sama sekali, karena seolah-olah menyamakan sifat setan yang terkutuk dengan Allah.
Lebih bagusnya lagi dalam kondisi seperti di atas dibarengkan saja dengan Basmalah, yakni kita baca Ta'awudz lalu baca Basmalah, baru kita baca ayat yang seperti di atas. Tim Islamweb ketika membahas permasalahan seperti ini, telah memberikan saran tersebut,
أو البسملة وهو الأولى حتى
يتحقق الفصل بين اسم الله تعالى وصفة الشيطان
"Atau (dibarengkan) dengan Basmalah, maka ini lebih bagus lagi sehingga benar-benar terpisah antara Nama Allah dengan sifat setan."
والله أعلمُ ...
[Dinukil dari
akun facebook beliau]
Komentar
Posting Komentar