Oleh: Ustadz
Amrullah Tekko حَفِظَهُ اللهُ
بسم الله الرحمن الرحيم
Saudaraku, meninggalkan perdebatan itu memang berat, apalagi jika kita berada di pihak yang benar..
Akan tetapi bersabarlah, karena dikhawatirkan dengan memperturutkan syahwat debat kita, kelak kita tidak akan mendapatkan sebuah rumah walau di tepi surga..
Oleh karenanya, para Nabi, Shahabat, orang shaleh, dan para ulama banyak menasihati kita agar menjauhi dan meninggalkan perdebatan..
Rasulullah ﷺ bersabda,
لا يؤمنُ العبد الإيمانَ كلَّه
حتى يترك الكذبَ في المزاح، ويترك المِراءَ وإن كان صادقًا
“Tidak beriman seorang hamba dengan keimanan yang menyeluruh, sampai ia meninggalkan dusta saat bercanda dan meninggalkan perdebatan walaupun ia dalam posisi benar.” [HR. Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam At Targib No.2939]
Berkata Nabi Sulaiman bin Daud عليه السلام,
دع المراءَ؛ فإنَّ نفعه قليلٌ،
وهو يهيج العداوةَ بين الإخوان
“Tinggalkanlah perdebatan, karena manfaatnya sedikit dan menimbulkan permusuhan di antara saudara.” [Riwayat ad-Darimi, (1/102)]
Berkata Imam Asy Syafi'i رَحِمَهُ اللهُ تعالى,
المراء في الدِّين يُقَسِّي
القلبَ، ويُورِث الضَّغائن
“Berdebat dalam agama bisa membuat hati menjadi keras dan mewariskan dendam.” [Al Adab Asy Syar'iyah Libni Muflih, (1/202)]
Berkata Ibnu Mas’ud رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ,
ذروا المراء؛ فإنَّه لا تُفهم
حكمته، ولا تُؤمن غائلته
“Tinggalkan perdebatan, karena sesungguhnya hikmahnya tidak dipahami dan tidak ada yang aman dari fitnahnya.” [Jami' Al Ushul Libnil Atsir, (2/753)]
Berkata Abu Darda' رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ,
كفى بك إثمًا أن لا تزال
مماريًا
“Cukuplah engkau disebut berdosa, jika engkau selalu berdebat.” [Riwayat ad-Darimy, (1/336)]
Berkata al-Hasan al-Bashry رَحِمَهُ اللهُ تعالى ,
ما رأينا فقيهًا يماري
“Kami tidak pernah melihat seorang yang faqih berdebat.” [Akhlaqul 'Ulama' Lil Ajurry]
Berkata Umar bin Abdul Aziz رَحِمَهُ اللهُ تعالى ,
قد أفلح مَن عُصِمَ من المراء
والغضَب والطَّمع
“Sungguh berbahagialah orang yang dijaga dari perdebatan, marah dan rakus.” [Al Bidayah Wa An Nihayah, (9/209)]
Berkata Abdurrahman bin Abi Laila رَحِمَهُ اللهُ تعالى ,
ما ماريتُ أخي أبدًا؛ لأنِّي إن
ماريتُه، إمَّا أن أُكذِّبَهُ، وإما أن أُغْضِبَه
“Aku tidak pernah mendebat saudaraku selamanya, karena jika aku mendebatnya, boleh jadi aku mendustainya dan boleh jadi aku memarahinya.” [Al Adab Asy Syar'iyah Libni Muflih, (1/18)]
Maka jika ada kebenaran yang hendak kita sampaikan maka sampaikanlah, karena kewajiban kita adalah menyampaikan, bukan memaksa. Diterima walhamdulillah, tidak diterima juga walhamdulillah..
Berkata Imam Al Hasan Al Bashri رَحِمَهُ اللهُ تعالى ,
المؤمن لا يُداري، ولا يُماري؛
ينشر حكمةَ الله، فإن قُبِلت حَمد اللهَ، وإن رُدَّت حمد الله عز وجل
“Seorang mu'min itu tidak memaksa, tidak berdebat, senantiasa menyebarkan hikmah Allah, jika diterima ia memuji Allah dan jika ditolak juga memuji Allah Azza wa Jalla.” [Asy Syariah Lil Ajurry, (1/208)]
Dan demikianlah konsep yang Allah تعالى ajarkan kepada Nabi-Nya,
وَمَا عَلَى ٱلرَّسُولِ إِلَّا
ٱلْبَلَٰغُ ٱلْمُبِينُ
“Dan kewajiban Rasul itu, tidak lain hanyalah menyampaikan (agama Allah) dengan seterang-terangnya.” [QS. al-Ankabut(29): 18]
فَإِنَّمَا عَلَيْكَ ٱلْبَلَٰغُ
وَعَلَيْنَا ٱلْحِسَابُ
“Sesungguhnya tugasmu hanyalah menyampaikan saja, sedang kamilah yang menghisab amalan mereka.” [QS. ar-Ra'd(13): 40]
Na'am, hanya menyampaikan kebenaran, bukan berdebat..
والله تعالى أعلم بالصواب ...
Rumah Ilmu RBG, 09 Rabi'ul Awwal 1442 H
Referensi:
Dikutip dari akun FB beliau.
Komentar
Posting Komentar