Studi Kritis Hadits Tentang Keutamaan Puasa Hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah)


Oleh: Ustadz Dzulqarnain M Sunusi  حَفِظَهُ اللهُ

Telah beredar beberapa Broadcast Message yang memuat tentang keutamaan khusus berpuasa pada hari Tarwiyah.

Pada kesempatan ini, kami perlu mengingatkan akan kepalsuan hadits yang beredar tersebut.

Hadits itu berbunyi,

صَوْمُ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ كَفَّارَةُ سَنَةٍ، وَصَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ كَفَّارَةُ سَنَتَيْنِ

“Puasa hari Tarwiyah adalah kaffarah (penggugur dosa) setahun, dan puasa hari Arafah adalah kaffarah dua tahun.”

Takhrij Hadits

Hadits di atas diriwayatkan oleh Abul Qasim Al-Ashbahany dalam At-Targhib wa At-Tarhib No.370, Ibnul Jauzy dalam Al-Maudhu’at (2/565) No.1137, dan Abusy Syaikh Al-Ashbahany sebagaimana dalam Kanzul Ummal dan selainnya, dan dari jalur beliau diriwayatkan oleh Ibnu Qudamah dalam Fadhlu Yaum At-Tarwiyah wa ‘Arafah No.2 serta Ad-Dailamy dalam Musnad Al-Firdaus -sebagaimana dalam Irwa’ul Ghalil (4/113)- semuanya dari jalur Ali bin Ali Al-Himyary dari Muhammad bin As-Sa’ib Al-Kalby dari Abu Shalih dari Ibnu ‘Abbas رَضِيَ اللهُ عَنْهُ secara marfu’.

Terdapat sejumlah cacat dalam hadits ini:

1.   Tentang Muhammad bin As-Sa’ib Al-Kalby, Ibnul Jauzy رَحِمَهُ اللهُ  berkata, “Sulaiman At-Taimy berkata, ‘Al-Kalby adalah seorang pendusta.’ Ibnu Hibban berkata, ‘Kejelasan dusta pada (Al-Kalby) adalah lebih terang untuk digambarkan’.” [Al-Maudhu’at (2/566)]

Ibnu Hajar al-Asqalani رَحِمَهُ اللهُ berkata, “Muttaham Bil Kadzib dituduh berdusta.” Bahkan, dalam biografi Al-Kalby, terdapat sejumlah pernyataan tegas dari para imam Jarh wat Ta’dil bahwa Al-Kalby adalah seorang pendusta.

Secara spesifik pada jalur riwayat di atas, Al-Kalby telah berkata, “Apa-apa yang saya riwayatkan dari Abu Shalih adalah dusta. Janganlah kalian meriwayatkan dariku.” [Tahdzibut Tahdzib dan selainnya]

2.   Abu Shalih adalah bernama Badzam maula Ummu Hani`, dan hadits beliau lemah.

3.   Ali bin Ali Al-Himyary adalah rawi yang majhul. Biografinya terdapat dalam Al-Jarh wa At-Ta’dil karya Ibnu Abi Hatim, sedang Ibnu Abi Hatim tidak menyebut jarh ‘celaan’ atau ta’dil ‘rekomendasi’ terhadapnya.

Ada beberapa riwayat lain yang semakna dengan hadits di atas dari beberapa Shahabat:
1.   Hadits Jabir yang diriwayatkan oleh An-Najjar dalam Tarikh-nya sebagaimana dalam Kanzul ‘Ummal dan selainnya. Dalam sanad tersebut, terdapat seorang rawi pendusta dan pemalsu hadits sebagaimana keterangan Al-Mu’allimy dalam ta’liq beliau terhadap kitab Al-Fawa’id Al-Majmu’ah.
2.   Hadits Aisyah yang diriwayatkan oleh Ibnu Jauzy dalam Al-Maudhu’at No.1136. Ibnul Jauzy menyebutkan bahwa Muhammad Al-Muhrim, yang berada dalam sanad hadits, adalah manusia yang paling pendusta.

Hukum Hadits

Tersimpul, dari pembahasan di atas, bahwa hadits yang kita bahas adalah memuat rawi pemalsu hadits dan riwayat-riwayat pendukungnya juga berada pada kedudukan yang sama. Selain itu, kandungan makna hadits adalah hal yang tidak pernah diriwayatkan dalam buku-buku hadits yang populer. Oleh karena itu, sangat tepat bila hadits ini dianggap sebagai hadits palsu oleh Syaikh al-Albany dan selainnya. والله أعلمُ

Sebagai penutup, telah dimaklumi bahwa sepuluh hari pertama Dzulhijjah memiliki banyak keutamaan, yang di antaranya adalah Ibnu ‘Abbas ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻬُﻤَﺎ menyampaikan bahwa Nabi bersabda,

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ الْعَشْرِ. فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِيْ سَبِيلِ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَلاَ الْجِهَادُ فِيْ سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ

“Tiada suatu hari pun yang amal shalih pada hari-hari itu lebih Allah cintai daripada sepuluh hari ini.” (Para Shahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah, tidak pula (dilebihi oleh) jihad di jalan Allah?” Rasulullah menjawab, “(Ya), tidak (pula) jihad di jalan Allah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun dari hal tersebut.” [HR. Bukhari, Abu Dawud, At-Tirmidzi (lafadz hadits adalah milik beliau), dan Ibnu Majah]

Berpuasa pada sembilan hari pertama Dzulhijjah juga merupakan tuntunan Nabi sebagaimana penuturan sebagian istri Nabi رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا ,

أَنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَتِسْعًا مِنْ ذِى الْحِجَّةِ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنَ الشَّهْرِ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَخَمِيسَيْنِ

“Sesungguhnya Nabi berpuasa pada hari ‘Asyura, pada sembilan hari Dzulhijjah, dan pada tiga hari dalam sebulan: Senin awal dari bulan (berjalan) dan dua Kamis.” [Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dâwud, An-Nasâ`iy, dan Al-Baihaqy. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albâny]

Tidak diragukan bahwa tanggal 8 Dzulhijjah atau hari Tarwiyah termasuk ke dalam keutamaan yang disebutkan dalam hadits-hadits tersebut, tetapi bukan berarti seseorang membuat keutamaan tersendiri tentang puasa hari Tarwiyah dengan hal yang penyandarannya kepada Nabi . Tidak sah.

Kami menasihatkan, kepada seluruh kaum muslimin, agar bertakwa kepada Allah dalam menukil atau menyampaikan hadits dari Rasulullah . Beliau bersabda,

مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

“Barangsiapa yang berdusta tentang diriku dengan sengaja, hendaknya dia menyiapkan tempat duduknya di neraka.” [Hadits Mutawatir riwayat Bukhari, Muslim, dan selainnya dari lebih seratus Shahabat]
Rasulullah juga mengingatkan,

مَنْ حَدَّثَ عَنِّي بِحَدِيثٍ يُرَى أَنَّهُ كَذِبٌ، فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبِينَ

“Barangsiapa yang bercerita dariku sebuah hadits yang dia sangka dusta, dia adalah salah seorang di antara para pendusta.” [Diriwayatkan oleh Muslim dalam Muqaddimah Shahih-nya]

Dalam hadits lain, Rasulullah mengingatkan,

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

“Cukuplah seseorang dikatakan berdusta bila menceritakan segala hal yang dia dengar.” [Diriwayatkan oleh Muslim dalam Muqaddimah Shahih-nya]

Perlu diingat bahwa tidak semua orang yang menyampaikan hadits atau suatu ilmu layak diterima. Imam Ibnu Sirin رَحِمَهُ اللهُ  mengingatkan,

إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ، فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ

“Sesungguhnya ilmu (hadits) ini adalah agama maka lihatlah dari mana kalian mengambil agama kalian!” [Diriwayatkan oleh Muslim, juga dalam Muqaddimah Shahih-nya]

وَاللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ

Komentar