Oleh: Ustadz
Dzulqarnain M Sunusi حَفِظَهُ
اللهُ
Telah beredar beberapa Broadcast Message yang memuat tentang keutamaan khusus berpuasa
pada hari Tarwiyah.
Pada kesempatan ini, kami perlu mengingatkan akan kepalsuan hadits yang beredar tersebut.
Hadits itu
berbunyi,
صَوْمُ
يَوْمِ التَّرْوِيَةِ كَفَّارَةُ سَنَةٍ، وَصَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ كَفَّارَةُ
سَنَتَيْنِ
“Puasa hari Tarwiyah adalah kaffarah
(penggugur dosa) setahun, dan puasa hari Arafah adalah kaffarah dua tahun.”
Takhrij Hadits
Hadits di
atas diriwayatkan oleh Abul Qasim Al-Ashbahany dalam At-Targhib wa At-Tarhib No.370, Ibnul Jauzy dalam Al-Maudhu’at (2/565) No.1137, dan Abusy
Syaikh Al-Ashbahany sebagaimana dalam Kanzul Ummal dan selainnya, dan dari
jalur beliau diriwayatkan oleh Ibnu Qudamah dalam Fadhlu Yaum At-Tarwiyah wa ‘Arafah No.2 serta Ad-Dailamy dalam Musnad Al-Firdaus -sebagaimana dalam Irwa’ul Ghalil (4/113)- semuanya dari
jalur Ali bin Ali Al-Himyary dari Muhammad bin As-Sa’ib Al-Kalby dari Abu Shalih
dari Ibnu ‘Abbas رَضِيَ اللهُ عَنْهُ secara marfu’.
Terdapat
sejumlah cacat dalam hadits ini:
1.
Tentang
Muhammad bin As-Sa’ib Al-Kalby, Ibnul Jauzy رَحِمَهُ
اللهُ berkata, “Sulaiman At-Taimy berkata,
‘Al-Kalby adalah seorang pendusta.’ Ibnu Hibban berkata, ‘Kejelasan dusta pada
(Al-Kalby) adalah lebih terang untuk digambarkan’.” [Al-Maudhu’at (2/566)]
Ibnu
Hajar al-Asqalani رَحِمَهُ اللهُ berkata, “Muttaham Bil Kadzib dituduh
berdusta.” Bahkan, dalam biografi Al-Kalby, terdapat sejumlah pernyataan tegas
dari para imam Jarh wat Ta’dil bahwa Al-Kalby adalah seorang pendusta.
Secara
spesifik pada jalur riwayat di atas, Al-Kalby telah berkata, “Apa-apa yang saya
riwayatkan dari Abu Shalih adalah dusta. Janganlah kalian meriwayatkan dariku.”
[Tahdzibut Tahdzib dan selainnya]
2.
Abu
Shalih adalah bernama Badzam maula Ummu Hani`, dan hadits beliau lemah.
3.
Ali
bin Ali Al-Himyary adalah rawi yang majhul. Biografinya terdapat dalam Al-Jarh wa At-Ta’dil karya Ibnu Abi Hatim,
sedang Ibnu Abi Hatim tidak menyebut jarh ‘celaan’ atau ta’dil ‘rekomendasi’
terhadapnya.
Ada beberapa
riwayat lain yang semakna dengan hadits di atas dari beberapa Shahabat:
1.
Hadits
Jabir yang diriwayatkan oleh An-Najjar dalam Tarikh-nya sebagaimana dalam Kanzul ‘Ummal dan selainnya. Dalam sanad
tersebut, terdapat seorang rawi pendusta dan pemalsu hadits sebagaimana
keterangan Al-Mu’allimy dalam ta’liq beliau terhadap kitab Al-Fawa’id Al-Majmu’ah.
2.
Hadits
Aisyah yang diriwayatkan oleh Ibnu Jauzy dalam Al-Maudhu’at No.1136. Ibnul Jauzy menyebutkan bahwa Muhammad
Al-Muhrim, yang berada dalam sanad hadits, adalah manusia yang paling pendusta.
Hukum Hadits
Tersimpul,
dari pembahasan di atas, bahwa hadits yang kita bahas adalah memuat rawi
pemalsu hadits dan riwayat-riwayat pendukungnya juga berada pada kedudukan yang
sama. Selain itu, kandungan makna hadits adalah hal yang tidak pernah
diriwayatkan dalam buku-buku hadits yang populer. Oleh karena itu, sangat tepat
bila hadits ini dianggap sebagai hadits palsu oleh Syaikh al-Albany dan
selainnya. والله أعلمُ
Sebagai
penutup, telah dimaklumi bahwa sepuluh hari pertama Dzulhijjah memiliki banyak
keutamaan, yang di antaranya adalah Ibnu ‘Abbas ﺭَﺿِﻲَ
ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻬُﻤَﺎ menyampaikan bahwa Nabi ﷺ bersabda,
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ
الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ الْعَشْرِ.
فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِيْ سَبِيلِ اللَّهِ فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَلاَ الْجِهَادُ فِيْ سَبِيلِ
اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ
بِشَىْءٍ
“Tiada suatu hari pun yang amal shalih
pada hari-hari itu lebih Allah cintai daripada sepuluh hari ini.” (Para Shahabat) bertanya, “Wahai
Rasulullah, tidak pula (dilebihi oleh) jihad di jalan Allah?” Rasulullah ﷺ menjawab, “(Ya), tidak (pula) jihad di jalan Allah,
kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak
kembali dengan sesuatu apapun dari hal tersebut.” [HR. Bukhari, Abu Dawud,
At-Tirmidzi (lafadz hadits adalah milik beliau), dan Ibnu Majah]
Berpuasa pada
sembilan hari pertama Dzulhijjah juga merupakan tuntunan Nabi ﷺ sebagaimana
penuturan sebagian istri Nabi رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا ,
أَنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَتِسْعًا مِنْ ذِى
الْحِجَّةِ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنَ الشَّهْرِ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ
وَخَمِيسَيْنِ
“Sesungguhnya
Nabi ﷺ berpuasa pada
hari ‘Asyura, pada sembilan hari Dzulhijjah, dan pada tiga hari dalam sebulan:
Senin awal dari bulan (berjalan) dan dua Kamis.” [Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu
Dâwud, An-Nasâ`iy, dan Al-Baihaqy. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albâny]
Tidak
diragukan bahwa tanggal 8 Dzulhijjah atau hari Tarwiyah termasuk ke dalam
keutamaan yang disebutkan dalam hadits-hadits tersebut, tetapi bukan berarti
seseorang membuat keutamaan tersendiri tentang puasa hari Tarwiyah dengan hal
yang penyandarannya kepada Nabi ﷺ. Tidak sah.
Kami
menasihatkan, kepada seluruh kaum muslimin, agar bertakwa kepada Allah dalam
menukil atau menyampaikan hadits dari Rasulullah ﷺ. Beliau bersabda,
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ
مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Barangsiapa yang berdusta tentang
diriku dengan sengaja, hendaknya dia menyiapkan tempat duduknya di neraka.” [Hadits Mutawatir riwayat Bukhari,
Muslim, dan selainnya dari lebih seratus Shahabat]
Rasulullah ﷺ juga mengingatkan,
مَنْ حَدَّثَ عَنِّي بِحَدِيثٍ
يُرَى أَنَّهُ كَذِبٌ، فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبِينَ
“Barangsiapa yang bercerita dariku
sebuah hadits yang dia sangka dusta, dia adalah salah seorang di antara para
pendusta.” [Diriwayatkan
oleh Muslim dalam Muqaddimah Shahih-nya]
Dalam hadits
lain, Rasulullah ﷺ mengingatkan,
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ
يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seseorang dikatakan berdusta
bila menceritakan segala hal yang dia dengar.” [Diriwayatkan oleh Muslim dalam
Muqaddimah Shahih-nya]
Perlu diingat
bahwa tidak semua orang yang menyampaikan hadits atau suatu ilmu layak
diterima. Imam Ibnu Sirin رَحِمَهُ اللهُ
mengingatkan,
إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ،
فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ
“Sesungguhnya
ilmu (hadits) ini adalah agama maka lihatlah dari mana kalian mengambil agama
kalian!” [Diriwayatkan oleh Muslim, juga dalam Muqaddimah Shahih-nya]
وَاللَّهُ سُبْحَانَهُ
وَتَعَالَى أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ
Komentar
Posting Komentar